راَيت الله
"Ro-aytullooh"
(Melihat Allah)
Oleh: Mustafa Mahmud
Di Nuqil dari Kitab
Al Mawaqif wal Mukhotobat - Imam An Nafri
23.
PENGLIHATAN YANG AGUNG
Tuhan bertutur kata kepadaku : Pertama hijab adalah hijab bagi penglihatan (Ar Ru’yah) dari penglihatan beralih ke hijab Pendengaran... engkau mendengar demi untuk Allah; Dan pendengaran itupun bertingkat-tingkat ... dari pendengaran demi untuk Allah ,... beralih ke hijab. Diam untuk Allah dan diam itupun bertingkat-tingkat pula.
Tutur katanya pula : Bagaimana hingga engkau diam membisu? Mengapa tidak engkau pikirkan? Mengapa engkau tidak berkemauan? Akupun menjawab : Maluaya (pelindungku)! Bagaimana aku tidak memikir? Maliaya, bagaimana aku tidak berkemauan?
Dian pun membalas : Bila sudah jelas bagimu bahwa Aku lah pelaksana segala sesuatu, untuk apa pula engkau memikir? Jika sudah terlihat segala sesuatu adalah perbuatan Ku, sedang engkau telah memikirkan, niscaya jiwamu akan datang kepadamu memberi jawaban: Yang ini perbuatan Nya dan yang ini perbuatan mu.
Bila engkau dihadapkan pada pemisahan, sebenarnya tidak ada pemisahan... Niscaya akan berpisahlah engkau.... Bila engkau diperlihatkan tercerainya... tiada perceraian yang sebenarnya.... niscaya engkau bercerai pula.... Bila terputus kaitan oleh perceraian, engkau akan datang kepa Ku dengan mempersiapkan pengaduan dan perbantahan serta meu merebut apa yang Ku punyai.... Ketahuilah, engkau telah melihat kepada Ku, bahwa Aku lah pelaksana merangkap pelaku atas segala sesuatu, jangan dengan ilmu untuk mengetahui pelaksana dan pelaku segala sesuatu....dengan demikian engkau akan membisu demi untuk Ku, dan tidak lagi engkau akan memikirkan. Sesungguhnya pembahasan mendalam dalam ilmu pengetahuan itulah yang menyebabkan terbersit engkau agar berfikir.
Tuhan berkata pula padaku : Bila telah tertangkap olehmu antara perbuatan dan yang melakukan dari balik punggungmu, bukan di anatar kedua tanganmu ... dan engkau telah melihat tiada antara Ku dan antaramu “engkau” dan tiada di antara Ku dan antaramu perbuatan, niscaya tiadalah engkau berkemauan keras.
Tuhan menyambung lagi kata Nya : Aku mempunyai perkataan-perkataan suatu pandangan berupa “kata”; dan Aku mempunyai perbuatan-perbuatan suatu pandangan berupa “Pelaksanaan” dan Aku mempunyai ilmu-ilmu suatu pandangan berupa “Ilmiah” dan terhadap segaala sesuatu pandangan berupa “Berdirinya” (Qoyyumiah). Dan setiap yang memandang berkisar pada siapa yang melihatnya, apa yang dilihatnya (Pandangan berupa ucapan kata).
Dan pandangan berupa ilmu, ialah alim ulama yang mengatakan dalam suatu ketika... “Aku merasa bahwa Allah mengilhami” diriku dengan ungkapan yang demikian,,,; maka ia seakan-akan melihat Allah dalam ilmunya.
Dian Ia bertuturkata lagi kepadaku : Orang yang sudah memiliki “penglihatan” dalam berkata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan ia di atas sesuatu bahaya; juga para alim yang sudah “melihat Ku” tahu benar adanya bahaya.
Akupun bertanya kepada Nya : Maulaya, apakah gerangan bahaya itu ??? IA menjawab : Ucapan dan tutur katanya tidaklah terus menerus baginya dan tidak berkekalan, maka apabila ia berpisah dengan penyebab yang ia dapat melihat, niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan itu, maka inilah bahaya itu... berpisah dengan tutur kata niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan, berpisah dengan ilmu niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan.
Katanya pula : Yang mempunyai penglihatan berupa kata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan tiada melihat Ku manakala ia diam, maka berarti penglihatannya yang sebenarnya dalam tutur katanya. ... tetapi sebesar-besar melihat adalah dalam diam bukan dalam ucapannya.... dan engkau dapat melihat yang demikian itu sedangkan ia tidak dapat melihatnya, karena sesungguhnya engkau melihat Ku tidak dalam tutur kata, melihat Ku tidak dalam perbuatan, melihat Ku tidak ilmu dan melihat Ku tidak dalam amal, maka engkau sudah memiliki “Penglihatan Yang Agung”, engka melihat Allah dalam segala sesuatu, dalam diam dan dalam ucapan, engkau melihat Nya tanpa dinding penutup antaramu dan antara Nya.
Perktaan itu dinding penutup dari penglihatan.... begitu juga halnya ilmu dan amal, sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang sanggup melihat dari balik tirai hijab, maka bila engkau telah melihat Ku bukan dari bawah tirai, bukan juga dari bawah nama, maka sesungguhnya engkau telah melihat Ku dengan “Penglihatan Yang Agung”. Aku mempunyai hamba-hamba yang tidak membesar-besarkan penglihatan ini, karena telah tersingkap nyata dan tidak Ku ijinkan tirai penutup bagi mereka, telah Ku angkat pula nama dari mereka, sudah tidak Ku ijinkan lagi nama menjadi penghalang baginya.
Lalu ku ajukan pertanyaan manja kepada Nya : Maulaya, apakah tabir penutup itu? Dan apakah nama itu? Ia pun menjawab : Tabir penutup dan nama itu adalah perkataan yang mana di dalamnya, kesedihan dan ketakutan, ia melihat Ku di dalamnya, dan apabila ia telah “melihat Ku” dan sudah tidak melihat tabir pnutup dan tidak melihat nama di antara Ku dan antaranya, niscaya ia tercengang dan akan disngkap oleh keheran-heranan (Al Buhtu wal buhut).
Dan ia berkata kepadaku : Hai yang memiliki “Penglihatan Yang Agung” engkau dapat melihat orang yang dapat melihat, orang yang beramal, orang yang berdiri tegak, engkau dapat melihat pada penglihatan mereka, dan dikala mereka keluar dari penglihatan mereka. Dan kata Nya : Tiada saling duduk bersama semajlis, kecuali yang sudah di tahap “Penglihatan Yang Agung” dan lanjut Nya : Yang saling berkawan duduk adalah mereka yang di ambang penglihatan dan di belakang dari kanan kiri ambang pintu itu diddapati Ba’ussifah (Yang sudah keluar dari sifat manusiawi ketika mereka sudah berada di ambang pintu).
Yang mempunyai penglihatan itu ada dua : Pertama yang mempunyai Asma’ dan tabir penutup, dan itulah seorang kawan duduk yang berbahaya; Karena bukanlah kawan duduk yang mengakui Aku sebagai Tuhannya yang dapat ia melihat pada Ku di dalam hijab, maka ia adalah kawan duduk bagi apa-apa yang ia melihat Ku di dalamnya dan bukanlah ia kawan duduk Ku;
Kdua : Yang berpisah dari nama-nama serta dari tabir penutup... ia akan tercengang, ia akan melihat Aku dalam keheran-heranan.
Perkenankanlah ku ajukan pertanyaan ini : Maulaya; Apakah Al Buhut (keheran-heranan) itu? Jawabnya : Keheran-heranan itu adalah hendaknya ia keluar dari nama-nama dan tabir penutup, lalu ia melihat Aku, maka ia akan merasakan ketenangan dengan penglihatannya, dan di saat itu tidak sepatah ucapanku dan juga tidak sepatah pun ucapan dari padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar