Kenapa Ber-Thoriqoh?
Jalan Tol Menuju Alloh
Assalamu’alaikum Wr Wb
Bismillahirrahmanirrahim
TIDAK mudah menjalankan mandat ilahiyyahberdakwah selama tiga puluh lima tahun me-yebarkan ajaran thoriqoh. Penuh tantangan dan rintangan. Dalam melakoninya harus punya cadangan kesabaran yang melimpah serta seni berdakwah yang kaya lagi menyenangkan. Kemasan materi yang di-sampaikan juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan serta tuntutan zamannya.
Isyarat mengenai beratnya tugas mulia ini sudah jauh-jauh disampaikan oleh Pangersa Guru Agung Abah Anom kepada Abah dalam kesempatan berdua saat jeda menerima salaman dari tamu, di hari pertama lebaran tahun 1973. Begini:
“Jauh keneh perjalanan teh, os... Loba keneh kyai nu can nyaho kana tarekat. Kuduna mah maranehna heula... ayeuna malah jadi penghalang... Sakieu ngaleugeudeutna can tangtu 20 (dua puluh) persenna-nu jadi...”
(Masih jauh perjalanan ini, Os. Masih banyak kyai yang belum tahu tarekat. Mestinya mereka dulu...Sekarang malah jadi penghalang... segini banyaknya (ikhwan thoriqoh), belum tentu 20 persennya yang jadi...)
Pada tahun itu belum jelas tergambar apa yang dimaksud jauhnya perjalanan mengembangkan thoriqoh itu. Namun satu yang jelas: ucapan Pangersa Abah Anom terbukti sekarang benar adanya.
Apalagi ketika menyimak pesan beliau berikutnya yang disampaikan di kesempatan yang sama, yang sekarang menemukan pembuktiannya.
“Boro-boro dibawa ku urang euy dicandak ku Nabi ge loba nu embungeun...Boro-boro ka urang, ka nabi ge loba nu ngewa...Boro-boro ka urang, ka Alloh ge loba nu teu percaya...”
(Jangankan dibawa oleh kita, oleh Nabi juga banyak yang tidak mau. Jangankan kepada kita, kepada Nabi saja banyak yang tidak suka. Jangankan kepada kita, kepada Alloh juga banyak yang tidak percaya)
Karena Pangersa sudah memberikan gambaran seperti ini maka seberat apapun ujian, sekeras apapun tantangan dan rintangan, sudah siaga. Abah Anom sudah menyiapkan infrastruktur mental dan fisik sejak awal untuk tugas suci mengamalkan, mengamankan, dan melestarikan ajaran Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya (TQN PPS).
Buku yang ditulis Pembantu Abah Aos ini merupakan ungkapan yang disarikan dari pengalaman pencarian spiritualnya, yang dipadukan dengan proses iqro’ terhadap diri dan lingkungannya sampai akhirnya menempuh dan berlabuh dalam thoriqoh. Kehadiran buku berjudul Kenapa Berthoriqoh: Banyak Jalan Menuju Alloh seperti ini penting bagi siapa saja yang mau sama-sama belajar dzikir thoriqoh untuk kebahagian dhohir batin di dunia dan akherat.
Sesuatu yang dimulai dengan pertanyaan, dalam sudut pandang Imam Al-Ghozali, tidak harus selalu untuk dijawab, karena ada pertanyaan yang sudah penuh dengan jawaban. Seperti ayat yang menerangkan tentang dzikir dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi, Alaa bi dzikrillah tathma’innul quluub. Ayat ini jelas menggunakan kata tanya di awal kalimat, namun prakteknya sering diterjemahkan:
“hanya dengan jalan dzikir kepada Alloh-lah yang dapat membuat hati jadi tentram”. Inilah istifham taam, pertanyaan bukan untuk dijawab, melainkan pertanyaan yang penuh jawaban.
Buku berjudul Kenapa Berthoriqoh pun demikian, bukan untuk dijawab melainkan penuh jawaban.
Kepada siapa saja yang ingin mengenal thoriqoh lebih dini, buku ini akan mengantarkan ke mulut gerbangnya. Kepada siapa saja yang masih perlu dan terus bertanya kenapa harus berthoriqoh, di buku ini semoga mendapat jawabannya.
Semoga yang ditulis Raden Haji Budi Rahman Hakim ini besar manfaat dan sumbangannya bagi gairah kebangkitan umat Islam di masa depan, khususnya dunia thoriqoh. Yang diingatkannya kembali dalam buku ini adalah isi, ruh, dan spirit dari Islam, bukan bungkus atau jasad. Yaitu ruh yang akan menghidupkan cita-cita dan realita kejayaan Agama dan Negara. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Pesantren Sirnarasa, 21 Januari 2014
Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al-Qodiri An Naqsyabandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar