Penerjemah : Irwan Kurniawan
22.
WASIAT IHWAL BERAKHLAK BAIK DAN MENCARI KEMULIAANNYA
Hendaklah engkau berakhlak yang baik, mengambil kemuliaannya, dan menjauhi yang buruknya. Rasulullah saw, bersabda : “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Beliau telah memberikan jaminan dengan sebuah rumah di tempat yang paling tinggi di surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.
Ketika akhlak yang baik itu merupakan ungkapan dalam perbuatanmu dalam menjalin hubungan dan pergaulan bersama orang yang beruat dusta, maka engkau tahu bahwa tujuan-tujuan makhluk itu saling bertolak belakang.
Jika ia menyukai si anu, maka dia membenci seseorang yang menjadi musuhnya. Tidak bisa tidak, keadaannya pasti demikian. Mustahil engkau bisa menyukai seluruh makhluk dengan akhlak mulia. Ketika kita melihat bahwa permasalahan sampai pada batas ini, maka Allah memasukkan diri-Nya dalam persahabatan bersama hamba-hamba-Nya, sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata kepada Tuhannya : “Engkaulah sahabat (ash-shahib) dalam perjalanan dan pengganti ( al-khalifah) bagi keluarga yang ditinggalkan.” Allah SWT berfirman : “Dia bersamamu di mana saja kamu berada.” (QS. Al-Hadid, 57:4), dan juga : Ketika ia berkata kepada sahabatnya, :Janganlah kamu berduka cita. Sesungguhnya Allah bersama kita,.” (QS. At-Tawbah, 9 :40). Dia juga berfirman : “Sesungguhnya Aku bersma kamu berdua. Aku mendengar dan melihat (QS. Thaha, 20:47).
Kukatakan bahwa janganlah engkau membuat kemuliaan akhlak kecuali dalam persahabatan dengan Allah secara khusus. Karena itu, lakukanlah segala sesuatu yang diridhai Allah, dan jauhilah segala sesuatu yang tidak diridhai-Nya, entah pergaulan dan akhlak yang bersifat khusus di sisi Allah, atau dalam hubungannya dengan orang lain, maka yang demikian itu diridhai oleh Allah, entah engkau menyukai orang itu ataupun tidak. Sebab, jika dia seorang Mukmin, maka dia senang kepada apa yang diridhai oleh Allah. Akan tetapi, jika ia adalah musuh Allah, maka kita tidak usah memberikan penghargaan kepadanya.
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara (QS. Al-Hujarat, 49:10) dan juga : “Janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita Muhammad) karena rasa kasih sayang (QS. Al-Mujadilah, 58:1). Akhlak mulia hanya ada pada apa yang diridhai oleh Allah. Janganlah kamu melakukannya kecuali bersama Allah, entah itu ditujukan kepada makhluk maupun segala sesuatu yang bersifat khusus di sisi Allah.
Barangsiapa menjaga apa yang ada di sisi Allah, maka seluruh kaum Mukmin dan ahl-adz-dzimmah (orang-orang non Muslim yang di bawah perlindungan pemerintahan Islam. Pen) bakal memperoleh manfaat darinya. Allah memiliki hak atas setiap orang Mukmin dalam pergaulannya dengan setiap makhluk Allah secara mutlak dari setiap kelompok malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, barang tambang, dan benda-benda mati. Mukmin maupun non Mukmin. Aku telah menyebutkan hal itu dalam Risalah al-Akhlaq, yang kutulis untuk saudara-saudara kita (pada 591 H).
Itu merupakan bagian yang menarik dan unik maknanya. Di situ disebutkan pergaulan seluruh makhluk dengan akhlak mulia yang sepatutnya. Akhlak mulia didasarkan pada keadaan orang yang melakukannya, di mana dan dengan siapa. Ini sudah lumrah dan umum sifatnya. Rincian dan penjelasannya engkau jumpai dalam kenyataan. Perhatikanlah, Allah memberikan petunjuk kepada segala sesuatu yang bisa engkau hitung kendati sangat panjang deretannya. Tidak ada Tuhan selain Allah. Demikian pula, hendaklah engkau menjauhi akhlak tercela. Engkau tidak mengetahui mana akhlak mulia dan mana akhlak tercela, kecuali setelah engkau mengetahui kecenderungannya.
Jika engkau sudah mengetahui kecenderungannya, maka engkau akan mengetahui mana akhlak mulia dan mana akhlak tercela. Inilah ilmu yang terpendam. Ilmu tentang kecenderungan akhlak ini tidak akan hilang darimu. Hanya saja, ilmu ini akan berubah seiring dengan berubahnya keadan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar