Minggu, 15 Maret 2020

Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi 18. WASIAT IHWAL MENUNAIKAN KEWAJIBAN ATAS HAK ALLAH


Terjemah Al-Washaya li Ibn al-‘Arabi
Wasiat – Wasiat Ibn ‘Arabi
Penerjemah : Irwan Kurniawan



18.
WASIAT IHWAL MENUNAIKAN KEWAJIBAN ATAS HAK ALLAH


Hendaknya engkau menunaikan apa yang paling wajib dari hak Allah, yang engkau tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun dalam bentuk syirik tersembunyi.
 Syirik tersembunyi adalah menyandarkan suatu kejadian pada sebab-sebabnya. Mempercayainya dengan hati, berarti bahwa hati menaruh kepercayaan kepadanya dan merasa tenang atasnya.
Hal itu adalah musibah yang paling berat yang menimpa diri seorng Mukmin. Firman Allah SWT menunjukkan hal ini : Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutuka Allah (QS. Yusuf, 12 : 106), yaitu --- wallahu a’lam bihi – syirik tersembunyi yang menyertai keimanan kepada eksistensi Allah ini, dan pembatalan keimanan kepada keesaan (tauhid) dan perbuatan (af;al) Allah, bukan dalam trensendensi (uluhiyah)-Nya.
Yang demikian itu adalah syirik yang jelas, yang membatalkan keimanan kepada keesaan Allah dalam tresedensi, dan bukan dalam keimanan kepada eksistensi Allah.
 Diungkapkan di dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda : “Tahukah kamu, apakah hak Allah atas hamba-hamba-Nya? Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutuka-Nya dengan sesuatu apa pun.” Disebutkan di sini bahwa kata Syay’ (sesuatu apa pun) di sini berbentuk nakirah (yakni, menunjukkan kata benda tidak tertentu. Pen). Kata itu dapat menunjukkan syirik yang jelas maupun yang tersembunyi.
Selanjutnya beliau bersabda : “Tahukah kamu, apakah hak mereka atas Allah, jika mereka beruat demikian? Adalah agar Dia tidak mengazab mereka.” Perhatikan sabda-nya : “ .... Agar Dia tidak mengazab mereka.” Karena jika mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, maka perhatian mereka hanya tertuju kepada Allah, sehingga mereka hanya memperhatikan kepada Allah saja.
Jika mereka menyekutukan Allah dengan syirik yang bertentangan dengan Islam, atau syirik tersembunyi yang memandang sebab, sebabh kejadian, maka pasti Allah mengazab mereka disebabkan perbuatan mereka yang telah menyandarkan diri kepada hal itu, lantaran sebab-sebab kejadian itu akan hilang.
 Di dalam hal keyakinan kepada sebab-sebab kejadian itu, mereka akan diazab lantaran mereka tidak tahu apa yang hilang dan apa yang berkurang darinya. Jika mereka kehilangan sebab-sebab  kejadian itu, maka mereka tersiksa dengan kehilangan itu. Bagaimanapun juga, ,mereka tersiksa lantaran hilangnya sebab-sebab kejadian itu.
Jika mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun dikarenakan sebab-sebab kejadian itu, maka mereka akan merasa tenang dan tidak peduli dengan hilang atau tetap adanya sebab-sebab kejadian itu.
Barangsiapa bergantung kepada Allah, maka Dia mampu mendatangkan segala sesuatu yang tidak mereka duga, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS. Ath-Thalaq, 65 : 2-3).
 Sebagian ulama mengungkapkan hal itu dalam bentuk nazahm sebagai berikut :
Barangsiapa bertakwa kepada Allah
Dia berikan jalan keluar bagi urusannya.
Seperti tersebut dalam firman-Nya.
Diberi-Nya rezeki dari arah yang tak terduga-duga,
Dan jika ia susah, diberinya ia kelapangan.
Di antara tanda-tanda ketakwaan adalah : orang yang bertakwa kepada Allah diberi rezeki dari arah yang tidak terduga-duga. Jika rezeki itu datang dari tempat yang sudah diduga, maka hal itu tidak menunjukkan ketakwaan, dan tidak menunjukkan kebergantungan kepada Allah.
Makna takwa di dalam sebagian aspeknya ialah bahwa engkau menjadikan Allah sebagai pelindung dari pengaruh sebab-sebab kejadian itu lantaran kepercayaanmu kepada-Nya.
Manusia lebih mengetahui ihwal dirinya sendiri, orang yang lebih dipercayainya, dan keadaan yang bisa membuat dirinya tenang. Ia tidak mengatakan, “Allah telah memerintahkan kepadaku untuk berusaha mencari nafkah, dan Dia mewajibkan kepadaku untuk memberikan nafkah kepada mereka.” Ia harus bekerja keras menciptakan sebab-sebab yang biasanya menyebabkan Allah memberi rezeki kepada mereka.
 Hal ini tidak bertentangan dengan apa yang telah aku kemukakan. Aku hanya mencegahmu agar jangan mempercayainya dalam hatimu, dan kemudian hatimu merasa tenang dengannya. Aku tidak mengatakan kepadamu, “Jangan lakukan hal itu.”
Aku telah tidur dengan mengikat wajahku. Kemudian aku bangun dan sadar serta melantunkan dua bait syair yang tidak ku ketahui sebelumnya :
Jangan percaya kecuali kepada Allah,
Segala sesuatu ada di tangan Allah.
Sebab-sebab adalah tabirnya.
Hendaknya engkau selalu bersama Allah.

Pandanglah dirimu. Jika engkau dapati hatimu merasa tenang dengan sebab-sebab kejadian itu, maka kemimananmu itu salah. Ketahuilah, engkau bukanlah orang yang demikian itu. Jika engkau dapati hatimu tenang bersama Allah, dan tidak berpengaruh bagimu ada dan tidak adanya sebab pertolongan yang lain, maka ketahuilah bahwa engkau adalah orang yang demikian itu, yang merasa tenteram dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.
Engkau termasuk golongan orang yang sedikit jumlahnya. Dia memberikan rezeki kepadamu dari arah yang tidak disangka-sangka. Itulah kabar gembira bagimu dari Allah bahwa engkau termasuk orang-orang yang bertakwa.
 Di antara rahasia ayat ini adalah bahwa ketika Allah memberikan rezeki kepadamu dari sebab yang biasanya terjadi, yang ada dalam khazanahmu dengan cara dan tindakmu, maka engkau adalah orang yang bertakwa. Artinya, engkau telah menjadikan Allah sebagai pelindung, karena Dia adalah Pelindung (al-waqi).
Engkau diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Rezeki itu datang tidak dari arah yang engkau duga bahwa Allah akan memberikan rezeki kepadamu, melainkan berasal dari kerja tanganmu dan yang engkau peroleh.
 Dia memberikan rezeki kepadamu hanya dari arah yang tidak engkau duga, kendati engkau makan dan memperoleh rezeki itu dengan ranganmu sendiri.
 Ketahuilah, hal itu memiliki makna sangat dalam, yang hanya dirasakan oleh orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah (ahl al-muraqabah al-ilahiyah).
Mereka adalah orang yang menjaga batin dan hati mereka. Perlindungan hatinya berasal dari Allah, yang mencegah hamba-Nya agar jangan sampai meyakini sebab-sebab kejadian itu, dengan cara  mempercayainya, selain juga percaya kepada Allah. Inilah makna firman-Nya : “Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.  Jalan keluar ketakwaan dalam ayat ini adalah wasiat Allah dan pemberitahuan tentangnya kepada hamba-Nya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

  AJARAN     KAUM SUFI Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf Karya : Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI...

Postingan Populer