Selasa, 28 Juli 2020

(At Tanwir Bab 10 ) Macam-macam sikap Makhluk tentang Rizeki (bag 2)

BAB SEPULUH

At-Tanwir fi-Isqothi at-Tadbir 

Syeikh Ibn ‘Atho’illah as-Sakandary ra



Macam-macam sikap Makhluk tentang Rizeki
(bag 2)

ثم قال الشيخ رضي الله عنه: (ومن شغل القلب وتعلق الهمم به).فشغل القلب بأمر الرزق قاطع عظيم حتى قال الشيخ أبو الحسن رحمه الله: (أكثر ما حجب الخلق عن الله تعالى شيئان: هم الرزق وخوف الخلق. وهم الرزق اشد الحجابين وذلك: أن أكثر الناس قد يخلوا من هم خوف الخلق ولا يخلو من هم الرزق إلا قليل لا سيما وشاهد الفاقة قائم بوجودك وأنت مفتقر إلى ما يقيم بنيتك ويشد قوتك. قوله: وتعلق الهم به أي تعلق الهمة بأمر الرزق توجها واستغراقا حتى لا يبقى فيه متسع لغيره، وهذه حالة توجب القطيعة وتكشف أنوار الوصلة تنادي على صاحبها بخراب قلبه من نور اليقين وفلسفة من القوة والتمكين. وقوله: ومن الذل للخلق بسببه: فاعلم أن من ضعف يقينه، وقل من قسمة العقل نصيبه فالذلة لازمة له: لطمعه في الخلق، ولعدم ثقته بصدق وعد، فذل للخلق متملقا ولج إليها متعلقا، وذلك عقوبتها الغفلة عن الله تعالى، ولعذاب الآخرة اشد.
Selanjutnya Syeikh Abu al-Abbas rohimahulloh berkata, “Dari kerisauan danketerkaitan hati kepadanya(rizeki)”. kerisauan hati menghadapi urusan rizeki merupakan penghalang yang sangat kuat . sampai-sampai Syeikh Abu al-Hasan as-Syadzily ra. berkata, “Dua hal yang paling sering menghijab makhluk dari Alloh swt. yaitu, kerisauan terhadap rizeki dan kecemasan/ketakutan terhadap makhluk”. Merisaukan rizeki adalah hijab yang paling hebat. Sebab, kebanyakan manusia mungkin bisa melepaskan diri dari kecemasan terhadap makhluk. Namun hanya sedikit yang bisa membebaskan diri dari kerisauan dalam urusan rizeki. Kerisauan melanda khususnya disaat kau teramat membutuhkan sesuatu untuk menjaga kelangsungan hidupmu.
Maksud perkataan Syeikh Abu- al-Abbas, “dan keterkaitan dengannya”. adalah keterkaitan hati terhadap urusan rizeki sehingga ia tenggelam didalamnya sehingga ia tidak memperhatikan hal lain. Inilah keadaan yang memutuskan hubungan (antara hamba dan Alloh). yang menggelapkan cahaya ibadah, yang mengosongkan hati pemiliknya dari cahaya keyakinan, serta menghilangkan kekuatan dan keteguhan.
Maksud perkataan Syeikh Abu- al-Abbas, “Dan merendah kepada makhluk karenanya”. Sikap merendah kepada makhluk itu disebabkan oleh kurangnya keyakinan. Kehinaan danrendah diri diakibatkan oleh sikap tamak kepada makhluk dan kurang percaya kepada Tuhan. Hal itu karena ia tidak menyadari pembagian Alloh yang telah ditetapkan untuknya dan tidak meyakini kebenaran janji-Nya. akhirnya, ia merendah kepada makhluk dan meminta kepada mereka. Itu semua diakibatkan oleh kelalaiannya kepada alloh swe. ia tidak menyadari bahwa siksa akhirat jauh lebih berat.




Macam-macam sikap Makhluk tentang Rizeki. Bag 3



(At Tanwir Bab 10 ) Macam-macam sikap Makhluk tentang Rizeki. bag 1

BAB SEPULUH


At-Tanwir fi-Isqothi at-Tadbir 
Syeikh Ibn ‘Atho’illah as-Sakandary ra



أحوال العبد بالنسبة إلى الرزق

فصل: واعلم انه يرد في شأن الرزق أمور ويعرض فيه عوارض وقد ذكر الشيخ رحمه الله تعالى كثيرا منها بقوله: {وسخر لي أمر هذا الرزق، واعصمني من الحرص والتعب في طلبه، ومن شغل القلب وتعلق الهم به، ومن الذل للخلق بسببه، ومن التفكير والتدبير في تحصيله، ومن الشح والبخل بعد حصوله.  وليس العوارض الواردة في شأن الرزق بمنحصرة حتى تستوفى فلنتكلم على ما قاله الشيخ رحمه الله:
فالعم أن للعبد بالنسبة إلى الرزق، ثلاثة أحوال: حال قبل أن يرزقه، وهي حالة السعي.  وحال بعد ذلك، وهي حالة الحصول.  وحال بعد انقضائه، وهي الحالة الثالثة.
فأما ما يعرض قبل حصوله: فالحرص والتعب في طلبه، وشغل القلب وتعلق الهم به، والذل للخلق بسببه، والتكفير والتدبير في تحصيله. فأما الحرص: فهو الرغبة القائمة بالنفس في التحصيل له، والانكباب على ذلك، وهو ينشأ عن فقدان الثقة، وضعف اليقين: وهما ناشئان عن فقدان النور، وفقدان النور ناشئ عن وجود الحجبة.  إذ لو كان القلب بأنوار المشاهدة معمورا، وبمنن الله مغمورا لم تطرقه طوارق الحرص ولو انبسط نور اليقين على القلب لكشف له عن سابق القسمة فلم يمكنه الحرص، وعلم العبد أن له عند الله قسمة لا بد أن يوصلها إليه.
وأما التعب في طلبه: فأما أن يكون تعب الظواهر ويكون الاستعاذة منه إلى الله تعالى لأنه إذا استولى على الطالب للرزق التعب في الظاهر شغله ذلك عن القيام بالأوامر. والرزق مع الراحة فيه إعانة على التفرغ إلى طاعة الله تعالى والقيام بخدمته. وان كان التعب هو تعب القلوب لا تعب الظواهر في أولى بان يستعاذ منه وذلك بان القلوب يتعبها تكلفها في طلب الرزق والفكرة فيه ويثقلها ما حملت من ذلك ولا راحة لها إلا بالتوكل على الله. لان التوكل على الله وضع أثقاله والله تعالى يحملها عنه لقوله تعالى: {ومن يتوكل على الله فهو حسبه}.


Macam-macam sikap Makhluk tentang Rizeki.

Fasal. Ketahuilah, ada berbagi persoalan yang mesti dibahas ketika kita menguraikan tentang rizeki.
Syeikh Abu-al-Abbas rohimahulloh sering menerangkan masalah ini. Beliau juga pernah melantunkan do’a berikut ini. “mudahkanlah untukku masalah rizeki. jagalah aku dari ketamakan dan kepenatan dalam mencarinya, dari kerisauan dan keterkaitan hati kepadanya, dari merendah kepada makhluk karenanya, dari memikirkan dan mengatur untuk mendapatkannya, serta dari sifat kikir setelah mendapatkannya”.
Karena begitu banyaknya persoalan yang berkaitan dengan masalah rizeki, kita akan membatasinya dengan membahas simpul-simpul yanng ditegaskan oleh Syeikh rohimahulloh dalam do’anya tersebut. Berkaitan dengan rizeki manusia secara umum ada tiga hal: 1. Keadaan sebelum diberi rizeki, yaitu ketika berusaha. 2.keadaan setelah itu yaitu saat mendapatkan rizeki. dan 3. Keadaan setelah mendapatkan rizeki.
Sebelum mendapatkan rizeki manusia dalam keadaan tamak, penat dalam mencarinya, rasa sibuk dan risau, sikap merendah pada makhluk karenanya, serta hasrat untuk memikirkan dan mengatur berbagai cara untuk mendapatkannya.
Tamak adalah, Keinginan diri untuk mendapatkan rizeki dan kecenderungan nafsu kepadanya. Ketamakan bersumber dari tiadanya rasa percaya dan lemahnya keyakinan, yang keduanya disebabkan oleh tiadanya nur/cahaya. Dan ketiadaan cahaya disebabkan oleh adanya hijab.
Apabila hati telah dipenuhi cahaya penyaksian(Musyahadah), dan dilimpahi karunia Alloh, tentu ia tidak akan dimasuki sifat tamak. Andaikata cahaya keyakinan terpancar dalam hati, tentu ia menyadari pembagian-Nya yang telah ditetapkan sehingga ia tidak lagi dihinggapi rasa tamak. ia tahu betul bahwa disisi Alloh ada jatah untuk nya yang pasti sampai kepadanya.
Sedangkan kepenatan dalam mencarinya bisa berupa lelahnya anggauta badan. Kita perlu berlindung kepada Alloh dari kepenatan dalam mencari rizeki, karena kepenatan akan membuat kita lalai menunaikan berbagai perintah. Sebaliknya, rizeki yang disertai ketenangan dan ketentraman hati akan membantu kita mencurahkan perhatian untuk menaati Alloh dan mengabdi kepada-Nya. Dibanding kepenatan tubuh, kita lebih butuh perlindungan Alloh dari kepenatan hati. sebab hati akan merasa lelah oleh kerasnya usaha mencari rizeki dan tercurahnya seluruh perhatian kepadanya. Akibatnya, hati terbebani oleh itu semua. Hati hanya bisa menjadi lapang dan tentram ketika disandarkan kepada Alloh(tawakkal). Karena hati yang bertawakkal kepada Alloh tidak akan merasa berat dan penat karena Dia yang membawakan bebannya.  Alloh berfirman, “Siapa yang bertawakkal kepada Alloh, Dia akan mencukupinya”.



Senin, 27 Juli 2020

Download ebook ENSIKLOPEDI NURCHOLISH MADJID Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban


ENSIKLOPEDI NURCHOLISH MADJID
Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban




Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah hasil penyuntingan lebih dari 15 tahun kerja intelektual dan pengajaran Prof. Dr. Nurcholish Madjid di Pusat Studi Islam Paramadina. 
Selama masa yang panjang itu, sejak berdirinya Yayasan Paramadina, sampai masa-masa menjelang reformasi, Cak Nur—panggilan akrab beliau—terus-menerus memberikan pada mahasiswa-mahasiswanya di Paramadina, gagasan-gagasan keberagamaan yang segar, inspiratif, berwawasan universal, kosmopolit, dan penuh kedalaman spiritual—bahkan kadang-kadang menantang berpikir ulang atas kepercayaan keagamaan tradisional selama ini. Dalam proses belajar itu, terbentuklah apa yang kemudian disebut “Komunitas Paramadina”––yaitu ribuan mahasiswa atau murid-murid Cak Nur yang secara intens terus-menerus mempelajari pemikiran Islam di Paramadina, selama bertahun-tahun hingga kini. Dalam proses pengajaran Cak Nur itu Alhamdulillâh sempat tersimpan rekaman ratusan jam perkuliahan Cak Nur, dan catatan-catatan (hand out), yang sayangnya tak terdokumentasi lagi tanggal pengajarannya itu.


Silahkan Download ebooknya dibawah ini















Download ebook Ibnu Hazm imam Fiqih, Filosof & Sastrawan Abad ke-4 H


Ibnu Hazm
imam Fiqih, Filosof & Sastrawan Abad ke-4 H



Ibnu Hazm (bahasa Arab: ابن حزم) adalah seorang sejarawan, ahli fikih, dan imam Ahlus Sunnah di Spanyol Islam Ia dikenal karena produktivitas keliteraturannya, luas ilmu pengetahuannya, dan kepakaran dalam bahasa Arab. Ia adalah seorang pendukung dan ahli fikih yang terkemuka dari Mazhab Zhahiri, dan disebutkan telah menghasilkan karya tulis sebanyak 400 judul, meski kini yang masih dapat ditemui hanya 40 judul saja, yang mencakup berbagai topik seperti hukum Islam, sejarah, etika, perbandingan agama, akidah dan lain-lain.
 Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm. Ia dilahirkan pada 7 November 994 M di Córdoba, Kekhilafahan Kordoba dan wafat pada 15 Agustus 1064, di Mantha Lisha, dekat Sevilla.
Kelahiran dan Nasab
Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm bin Ghalib bin Shalih bin Sufyan bin Yazid lahir di timur kota Cordoba, Andalusia (sekarang Spanyol), pada hari terakhir bulan Ramadhan tahun 384 Hijriyyah. Nama panggilan dan kunyahnya adalah Abu Muhammad, dan lebih dikenal dengan nama Ibnu Hazm.
Nenek moyangnya yang tertinggi pergi dari Persia menuju Andalusia. Ia dan keluarganya mempunyai kedudukan yang cukup sejak mereka sampai di Andalusia.
Masa kecil
Ibnu Hazm mampu menghafal Al-Qur'an saat usia yang masih sangat muda, belajar sastra Al-Qur'an dan hukum-hukumnya, juga yang terkandung dalam Al-Qur'an dari kisah dan berita lainnya. Ia belajar menulis dan selalu melatih kaligrafinya. Ia juga menghafal banyak syair.
Pujian Ulama
Sha'id Al-Andalusi berkata, "Penduduk Andalusia sepakat bahwa Ibnu Hazm adalah sumber ilmu-ilmu keislaman dan yang paling luas pengetahuannya."
Adz-Dzahabi berkata, "Padanya berakhir kepintaran dan kejelian berfikir. Ilmunya sangat luas tentang Al-Qur'an, As-Sunnah, mazhab-mazhab fikih dan sekte, bahasa Arab, sastra, logika dan syair dengan kejujuran dan keagamaannya."
Al-Ghazali berkata, "Aku menemukan sebuah buku tentang asma Allah karangan Muhammad bin Hazm, sebagai bukti akan keagungannya dalam menghafal dan alur pemikirannya."




Minggu, 26 Juli 2020

Download ebook Risalah Ibnu Fadhlan Narasi Ekspedisi dari Baghdad sampai Eropa Utara Abad ke-10


Risalah Ibnu Fadhlan
Narasi Ekspedisi dari Baghdad sampai Eropa Utara Abad ke-10




Sejak kemunculannya, tampaknya masyarakat Arab secara alami terlahir sebagai bangsa yang gemar berpetualang. Dari berbagai dokumen sejarah, kita bisa mencecap dokumentasi kisah perjalanan dari para traveler Muslim seperti Ibnu Battuta, Al-Idrisi, Ibnu Fadhlan, dan Ibnu Jabir yang telah menjelajah ke berbagai pelosok dunia. Selain berguna bagi kemanusiaan, tak dapat dipungkiri bahwa dokumentasi perjalanan itu juga telah menjadi referensi penting dalam upaya untuk meguak berbagai kawasan dunia yang belum banyak terungkap.

 Buku Risalah Ibnu Fadhlan karya Ahmad Ibnu Fadhlan ini adalah dokumentasi perjalanan ekspedisinya ke wilayah Rusia atas perintah dari Khalifah Al-Muqtadir Billah-para sejarawan menyebutkan bahwa al-Muqtadir Billah adalah Ja'far bin al-Khalifah al Mu'tadhid--dalam kurun waktu selama tiga tahun pada tahun 921 M.
 Dalam buku ini, Ibnu Fadhlan memberikan laporan yang sangat menarik tentang keadaan daerah yang dilewatinya, meliputi gambaran geografi wilayah, kondisi sosial masyarakat, agama dan kepercayaannya, hingga bentuk badan atau wajah bangsa yang dijumpai.
Penjelasan Ibnu Fadhlan bukan hanya menarik bagi orang-orang yang membacanya pada masa itu, tetapi juga para peneliti dan pembaca yang hidup di zaman sekarang ini. Maka tidak heran jika keakuratan catatan Ibnu Fadhlan ini pun dimanfaatkan oleh Michael Crichton untuk diadaptasi ke dalam sebuah novel berjudul Eaters of The Dead pada tahun 1976 M, yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul The 13th Warrior, dengan menjadikan Ibnu Fadhlan sebagai tokoh utama ceritanya.






Jumat, 24 Juli 2020

Download ebook Rihlah Ibnu Bathuthah Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan


Rihlah Ibnu Bathuthah
Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan 


Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Bathuthah adalah seorang pengembara (traveler), petualang (adventure), dan pengamat (viewer) yang membuat catatan harian tentang negeri-negeri yang ia kunjungi dalam pengembaraannya. Catatan perjalanan yang dikenal dengan buku "Rihlah Ibnu Bathuthah" ini ditulis setelah dirinya mengunjungi berbagai belahan dunia, kemudian mengamati kebudayaan, adat istiadat, dan perilaku masyarakat di negeri-negeri yang ia kunjungi, terutama wilayah yang dipimpin oleh kesultanan Islam.
Banyak kisah menarik yang diceritakan dalam buku catatan perjalanan Ibnu Bathuthah ini, terutama cerita-cerita tentang para sultan, para syaikh, sejarah sebuah negeri, falsafah kehidupan masyarakat setempat dan lain sebagainya yang ia tulis berdasarkan pengamatan langsung dari negeri-negeri yang ia kunjungi. Dari India sampai negeri Cina, dari Afrika sampai Nusantara, Ibnu Bathuthah menceritakan perjalanannya secara apik dan mengesankan. Ia misalnya, menceritakan kunjungannya bertemu dengan Sultan Jawa (Sultan Nusantara) dari Kerajaan Samudera Pasai, Sultan Malik Az-Zhahir.
Ibnu Bathuthah sendiri menyebut hasil karyanya ini sebagai persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dalam perjalanan yang menakjubkan, yang ia tuangkan dalam sebuah catatan perjalanan. Sebagai sebuah catatan perjalanan membaca buku ini seperti mendengarkan seorang pemandu wisata (guide tour) bercerita tentang negeri-negeri yang menakjubkan dari segala sisi. Pembaca seolah diajak berkelana menyusuri negeri-negeri yang ia kunjungi, kemudian memetik hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian dalam perjalanan.
Ibnu Bathuthah berhasil merangkai sebuah catatan perjalanan sebagai karya sejarah bermutu tinggi, yang bisa dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah sebuah bangsa dan peradaban manusia.



Selasa, 21 Juli 2020

Download Terjemah KITAB KEBIJAKSANAAN ORANG-ORANG GILA (’Uqala` al-Majanin) Abu al-Qosim an-Naisaburi


KITAB KEBIJAKSANAAN ORANG-ORANG GILA
(’Uqala` al-Majanin)
Abu al-Qosim an-Naisaburi

Kitab Kebijaksanaan Orang-orang Gila (’Uqala` al-Majanin) ini adalah karya masterpiece tentang sejarah kegilaan dalam Islam. Ditulis lebih dari 1.000 tahun yang lalu, penulisnya adalah Abu al-Qosim an-Naisaburi (w. 1016 M), seorang ahli tafsir dan hadis, sejarawan sekaligus sastrawan terkemuka di zamannya.
Semua tokoh yang diceritakan dalam kitab ini bukanlah tokoh fiktif. Ini kisah nyata tentang orang-orang yang dianggap gila dalam Islam. Sebut saja misalnya, Uwais al-Qarni, Qois si Majnun, Sa’dun, Buhlul, Salmunah si Wanita Gila, dll. Namun begitu, mereka ini bukanlah orang-orang gila biasa. Mereka sosok-sosok yang cerdas, jenius, memiliki akal yang tajam, penuh dengan kata-kata hikmah, bahkan seringkali dianggap sebagai Wali yang nyeleneh.

Selain menyajikan 500 kisah-kisah kegilaan yang penuh pesan moral, buku yang usianya 400 tahun lebih tua dari Kisah 1001 Malam ini juga ditulis dengan sangat hati-hati berdasarkan metode periwayatan yang ketat layaknya hadis. Tak heran, jika buku ini telah menjadi kitab rujukan kisah-kisah sufi yang selama ini telah beredar.

Dari kitab ini, kita akan mendapatkan pesan-pesan inspiratif yang jenaka sekaligus nasihat-nasihat moral yang bisa meningkatkan kecintaan kepada Allah. Buku ini mengingatkan kita bahwa hikmah itu bisa didapat dari mana pun, bahkan dari orang yang (dianggap) gila sekalipun.



(Terjemah Kitab Al-Ta-aruf) 60. AJARAN KAUM SUFI MENGENAI HAKIKAT MA’RIFAT


Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

{AJARAN  KAUM SUFI}
Karya:
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi


60.
AJARAN KAUM SUFI MENGENAI HAKIKAT MA’RIFAT




Salah seorang Syeikh berkata : “Ma’rifat terdiri atas dua jenis; Ma’rifat kebenaran dan ma’rifat hakikat. Ma’rifat kebenaran merupakan penegasan Keesaan Tuhan atas sifat-sifat yang dikemukakan-Nya. Sedang ma’rifat hakikat adalah ma’rifat yang tidak bisa dicapai dengan alat apa pun, disebabkan oleh sifat (Tuhan) yang tak dapat ditembus dan tahkik ketuhanan-(Nya) mustahil dipahami; Tuhan berfirman : “Sedang pengetahuan mereka tidak dapat menjangkau-Nya.” Dia adalah Yang Tak Dapat Ditembus, Hakikat yang gelar-gelar dan sifat-sifatnya tak dapat dilihat.”
Salah seorang tokoh Sufi berkata : “Ma’rifat adalah panggilan hati lewat berbagai tafakur untuk menghayati ekstase-ekstase yang ditimbulkan oleh kegiatan zikir, sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan (hakikat) yang berurutan.” Maksudnya, hati menyaksikan kekuasaan-Nya, dan merasakan besarnya kebesaran Tuhan dan Mulia-Nya, Kehebatan-Nya, yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Al-Junaid ditanya : “Apakah ma’rifat itu? Dia menjawab : “Ma’rifat adalah beradanya hati di antara pernyataan kebesaran Tuhan yang tak bisa dipahami dan pernyataan kehebatan-Nya yang tak bisa dirasakan.” 

Pada saat lain dia ditanya dengan pertanyaan yang sama dan dia menjawab : “Ma’rifat berarti mengetahui  bahwa apa pun yang engkau bayangkan dalam hatimu, Tuhan merupakan kebalikannya. Kenapa sampai terjadi kekacauan itu! Tuhan tidak merupakan bagian dari orang mana pun, dan orang itu tidak merupakan bagian dari Tuhan. Dia, adalah suatu kemaujudan yang bergerak ke sana ke mari di dalam ketiadaan. Ungkapan itu tidak ditujukan untuk Dia; Seba makhluk-makhluk itu didhului oleh sesuatu, dan yang didahului itu tidak dapat memahami yang mendahului.” Arti kata-kata “Dia adalah suatu kemaujudan yang bergerak ke sana ke mari di dalam ketiadaan” adalah bahwa orang yang mengalami keadaan ini (adalah suatu maujud, dan seterusnya); dia (yaitu al-Junaid) berkata bahwa dia ada dalam padangan mata dan penglihatan, tapi tidak dalam pandangan gelar dan sifat. 

Al-Junaid juga berkata : “Ma’rifat adalah pikiran yang mempersaksikan masalah-masalah mengenai kepulangan, dan bahwa ahli ma’rifat tidak memiliki kekuasaan, baik sehubungan dengan keberlebihan ataupun kelemahan.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa ahli ma’rifat tidak mempersaksikan sendiri keadaannya, melainkan pengetahuan Tuhan kan dirinya, dan bahwa kepulangannya adalah menuju tepat yang telah diadakan untuknya oleh Tuhan sejak sebelumnya, dan bahwa dia di awasi oleh (Tuhan) baik dalam ibadah maupun dalam kekuarangannya.

Salah seorang tokoh Sufi berkata : “Kalau ma’rifat masuk ke dalam hati, hati tidak mampu menanggungnya, ma’rifat bagaikan matahari yang sinarnya mencegah pelahitnya merasakan batas dan esensinya.”

 Ibn al-farghani berkata : “Yang mengetahui bentuk (rasm) itu merasa bangga, yang mengetahui kesan (wasm) itu merasa bingung, yang mengetahui yang telah pergi sebelumnya merasa tidak berdaya, yang mentehaui Tuhan itu teguh, dan yang mengenal Yang Mahapengatur itu hina.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa jika seseorang bersaksi atas dirinya sendiri bahwa dia melaksanakan tugas-tugasnya bagi Tuhan, da bertindak sia-sia, jika dia bersaksi atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya sebelumnya, dia bingung, sebab dia tidak tahu tentang pengetahuan Tuhan mengenai dirinya, atau apa yang telah dituliskan oleh Pena mengenai dirinya, jika dia tahu bahwa apa yang telah ditakdirkan untuknya itu tidak dapat dimajukan atau dimundurkan, dia kurang pandai mencari; jika dia mengenal Tuhan, dan kekuasaan Tuhan atas dirinya, dan bahwa cukuplah Tuhan itu baginya, dia teguh dan tidak dibingungkan oleh hal-hal yang menakutkan atau oleh kebutuhan-kebutuhannya, dan jika ia tahu bahwa Tuhan menguasai segala urusannya, dia merendahkan dirinya di bawah ketetapan dan penilaian Tuhan.

Salah seorang tokoh besar Sufi berkata : “Jika Tuhan memberinya pengetahuan mengenai Dia, maka Dia menempatkan padanya ma’rifat yang membuatnya tidak merasakan cinta, ketakutan, harapan, kemelaratan atau kekayaan, sebab semua ini merupakan tujuan, dan Tuhan jauh dari itu.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa dia merasakan keadaan-keadaan ini, sebab keadaan-keadaan itu merupakan gelar-gelarnya sendiri; dan gelar-gelarnya itu jauh dari cukup untuk mendapatkan apa yang merupakan hak Tuhan. Puisi berikut ini dianggap sebagai karya salah seorang tokoh besar Sufi :
Engkaulah pelindungku, Tuhan, dan penjagaku,
Engkau jauhkan aku dari wabah yang riuh;
Engkaulah harapanku di hadapan laan-lawanku,
Dan kalu aku haus, Engkau puaskan hausku,
Hamba Tuhan itu mengambil kuda, sebab dia berharap
Dapat mendaki tebing surga tertinggi yang rahasia,
Lalu, tenggelam dalam lorong tak berujung;
Dia pelajari setiap mukjizat yang dikandungnya.
Dia merobek perekat rahasia yang mengandung
Obat ajaib bagi hati dia yang mencintai;
Tapi ketika bertemu, dia begitu takjub
Hingga, walau masih hidup, tampak matilah dia.
Yang dimaksudkannya adalah bahwa dia begitu takjub dan bingung dikarenakan perasaan batinnya berupa penghormatan dan rasa terpesona akan Tuhan, sehingga ketika orang melihat dirinya, dia tampak bagaikan sudah mmati, meskipun dia masih hidup, dan meluruh dari memikirkan apa-apa yang menjadi miliknya, sebab dia tidak memiliki sendiri kekuatan untuk memajukan atau memundurkan (apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan).





Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

  AJARAN     KAUM SUFI Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf Karya : Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI...

Postingan Populer